Daftar Isi



[smun_75] Pelajaran dari Neina…

Neina.. begitulah dia minta di panggil, padahal nama
sebenarnya bukan itu namun dia selalu menyebut dirinya Neina. Anak
terbelakang yang berada di lingkungan kampungku itu kadangkala membuatku geli, karena tingkahnya yang kadang tidak
sesuai dengan usianya. Namun kami semua menyayanginya selain tidak jahil dia suka membantu siapa saja yang dilihatnya sedang bekerja.

Setiap hari selasa dia selalu ikut mamaku ke Mushola untuk ikut pengajian ibu-ibu duafa yang diasuh mamaku. Bu Mama, begitu dia memanggil mamaku. Setiap hari dia selalu membantu orang yang berbeda, ada saja orang yang memberinya makanan atau mungkin uang.Di kala Hari raya tiba, Neina selalu keliling kampung sendirian, hanya untuk silaturahim dari satu rumah kerumah yang lain. Idulfitri kemarin pun tidak lupa dia datang kerumahku, dan dia akan selalu bertanya
"Amah Rama buat Black Forest kan, Neina mau," ujarnya. Black Forest adalah kue khas lebaran yang selalu ada di rumah kami, dan Neina pun hapal.
Dulu putriku Nawrah selalu takut jika melihat Neina. Namun sekarang tidak lagi, karena Neina selalu melemparkan senyum kepada Nawrah. Dan pernah sewaktu Nawrah terlambat di jemput dari sekolahnya, Neina lah yang menemaninya menunggu jemputan datang.

Neina… Neina…. anak lugu yang selalu menyerap dengan cepat apa yang dikatakan orang yang dianggapnya benar. Dia pernah bertanya dengan
adikku kenapa amah–amah ( tente ) dirumahku selalu menggunakan jilbab. "Karena memang seorang muslimah harus seperti itu," jawab adikku. Akhirnya Neina minta satu jilbab nya amah. "Neina mau pake jilbab," katanya dengan tegas. Adikku terkejut, Subhanallah. Adikku pun memberikan salah satu jilbabnya yang bisa langsung di pakai.
Ternyata setiap hari kemanapun dia pergi selalu menggunakan jilbab yang sama, dan tidak pernah dicuci sampai menerbarkan bau yang tidak sedap. Ketika ditanya kenapa tidak pernah ganti, Neina bilang cuma punya satu. Sekarang jilbabnya sudah banyak dan cantik cantik karena hampir seluruh
tetangga membelikan jilbab dan baju muslimah untuk Neina.

Akhir-akhir ini, Neina jarang terlihat kecuali pada hari selasa, dimana mamaku mengajar di ta'liman. "Neina kemana saja?" Tanya mama
ku. "Neina kerja bu mama, kerja jualan plastik, uangnya buat Neina infakan ke kotak amal di Musholah," ujarnya polos. "Setiap hari ?", tanya mamaku lagi. "Iya," jawab Neina.
saat ditanya kenapa Neina mau menginfaqkan semua uang hasil jerih payahnya mengumoulkan plastik, dengan gampang Neina menjawab, "Kan kata bu Mama waktu itu, walau kita orang gak punya,tapi kalau ada uang lebih sebaiknya kita infaqkan, Neina kan tidak perlu uang itu, jadi Neina infaqkan semua, kata bu mama kan itu tabungan amal kita di ahkirat biar kita bisa masuk surga, Neina mau masuk surga, karena kata bu mama surga itu tempat dimana para rosul akan ditempatkan, Neina ingin bertemu rosul," ujarnya tegas.

mendengar jawaban Neina, Mama ku hanya bisa diam dan senyum penuh arti dan yang telontar dari bibir mamaku hanya. Subhanallah. Kami sekeluarga hanya diam dan saling pandang penuh arti mendengar cerita mama tentang Neina. Pelajaran yang sangat luar biasa yang bisa kuambil dari Neina. Gadis yang penuh kekurangan namun mempunyai kelebihan yang mungkin nyaris tidak dipunyai oleh kita manusia yang lebih mampu.

Dia Anak yang terbelakang namun sudah banyak menabung untuk masa depannya di akhirat kelak. Tulus, ikhlas itulah Neina. Lalu bagaimana dengan kita???
sudah banyakkah tabungan kita. Wallahualam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Powered By Blogger | Portal Design By iEn © 2008 | Resolution: 1024x768px | Best View: Firefox | Top